24 Februari 2016 0 komentar

Kisah cinta dalam novel INGINKU, Keping Cerita Bawakan Cinta. Karya : Kartika Shania Ningrum

Kisah cinta dalam novel INGINKU, Keping Cerita Bawakan Cinta



 Judul    : Inginku; Keping Cerita Bawakan Cinta     

Penulis      : Sienta Sasika Novel

Ukuran    : 13 x 19 cm

Tebal        : 262 hlm

Penerbit   : Bukuné

ISBN         : 602-220-077-6

Harga       : Rp38.000,-

Sinopsis

Rindu ini masih saja untukmu meski waktu telah lama berlalu.Kisah kita seakan jadi mantra dalam hari-hari yang terkadang terasa memilukan hati.Dan jauh di sudut hati,aku masih menanti,tak bisa kumungkiri.Namun, harapan hanya bagai tetes air di atas embun, selalu terjatuh.Jangan bawakan lagi aku cinta,tak ada sisa harapan yang bisa kutawarkan kepadamu,bahkan hingga ujung hari terakhirku....Dan kau, mengapa masih saja berdiri di sisiku? Benarkah esok masih ada sinar matahari yang mampu menghangatkan cinta kita?

     Inginku, adalah persembahan novel dari penulis muda Sinta Sasika Novel, S.Si., Baliau lahir di Bandung, 17 April 1987. Ia menyelesaikan S1 biologi di Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran pada Mei 2009 di bidang molekuler medis. Pada 2006-2009 menjadi asisten dosen di Biologi UNPAD, lalu bekerja di Instalasi Patologi Klinik, Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Biolog dan Research Assistant di bidang diagnostik molekuler. Tahun 2011 melanjutkan studi S2-nya di Bioteknologi ITB dan bekerja sebagai Research Assistant di UPK RSHS UNPAD. Seorang pecinta anime, manga, dan dorama Jepang.



     Inginku merupakan kisah cinta masa SMA Radhitya Brahmantyo atau Radhit dengan Azzalea Daffanty atau biasa dipanggil Lea yang semenjak kelulusan SMA tidak pernah bertemu kembali dengan Lea, kegelisahan Radhit yang sudah lama tidak bertemu dengan Lea karena sudah lama tidak pergi ke Bandung karena kecelakaan kereta api yg menewaskan ayah dan ibunya. Itulah sebabnya Lea tidak ingin pergi ke Bandung,namun pada akhirnya Lea pindah ke Bandung dengan harapan untuk membuka lembaran baru dan tidak ingin mengingat kenangan masa lalu yang sangat menyakitkannya. Sampai pada akhirnya Ia diterima sebagai perawat di salah satu Rumah Sakit yang dikenal mempunyai reputasi baik di Bandung dan ternyata Ia bertemu dengan Radhit yang menjadi dokter spesialis disana. Radhit yang telah bertahun - tahun tidak bertemu dengan Lea pun sangat terjekut mengetahui bahwa Lea saat ini bekerja di Rumah Sakit yang sama dengannya, Radhit masih mencintai Lea. Karena hanya Lea yang mengerti dirinya seperti apa. Namun sayang Radhit sudah memiliki tunangan yang ternyata merupakan anak pemilik Rumah Sakit tersebut. Vhera Adilla merupakan tunangan Radhit dan akan segera melangsungkan pernikahan, namun Radhit tidak pernah mencintai Vhera, yang ada di hatinya hanyalah Lea. Sampai pada akhirnya Lea di vonis terkena kanker yang disebabkan oleh virus HPV dan mengharuskan pengangkatan rahim Lea yang artinya Lea tidak akan memiliki keturunan selamanya. Vhera sudah mengetahui bahwa Radhit mencintai Lea namun Lea tidak ingin menjadi orang ketiga diantara mereka, namun Radhit telah memutuskan bahwa Ia akan memilih Lea walaupun Ia tau resikonya tidak akan memiliki keturunan. Disaat Lea putus harapan Radhit datang untuk memberikan harapan baru, Ia tidak ingin kehilngan Lea untuk kedua kalinya, sudah cukup menyakitkan baginya melihat Lea merasakan penderitan bertubi-tubi. Kehilangan orang tuanya, kehilangan anaknya, kehilangan suaminya, sekarang Ia akan kehilangan rahimnya dan Vhera menyadari semua itu. Betapa serakahnya, apapun yg Vhera inginkan selalu terkabu dan tidak pernah merasakan arti kehilangan. Akhirnya Vhera merelakan Radhit dengan Lea dan Ia melanjutkan studinya di Jerman, setelah 2 tahun kemudian Radhit dan Lea mengangkat seorang anak bernama Dimas dan Vhera pun sudah memiliki anak hasil pernikahannya dengan Jascha Stumpf laki laki keturunan Jerman yang juga sedang mengambil kuliah dengan jurusan yang sama dengan Vhera.

Novel ini di persembahkan kepada perempuan di Indonesia mengenai kanker serviks, di dalam isi novel disebutkan mengenai gejala awal kanker serviks. Ini sangat penting agar perempuan Indonesia dapat mendeteksi dini gejala awal kanker ini

Mengapa kita harus memiliki buku ini?

Dalam buku ini bukan saja mengenai cinta semata, namun sekaligus memberikan pelajaran mengenai kanker serviks terutama bagi perempuan yang sudah pernah melakukan aktivitas seksual agar memeriksakan diri ke dokter apabila timbul gejala-gejalanya. Namun bagi perempuan yang belum pernah melakukan aktivitas seksual dapat dilakukan penyuntikan vaksin untuk menghindari timbulnya virus-virus penyebab kanker serviks. Buku ini sangat menarik karna bisa menyajikan suatu materi yang bermanfaat sekaligus memberikan suatu cerita yang tidak biasa. Dimana laki-laki bisa menerima perempuan yang padahal Ia sudah tahu bahwa perempuan tersebut tidak akan pernah bisa mendapatkan keturunan karena pengangkatan rahimnya, disinilah letak kesetian laki-laki yang sesungguhnya.

     Di dalam suatu buku pastilah ada kelemahan dan kelebihannya, termasuk di dalam buku ini terdapat beberapa kelemahan dan kelebihannya. dari sudut kelemahannya buku ini banyak menyebutkan banyak istilah-istilah kedokteran yang tidak dimengerti terutama oleh orang awam, penggunaan istilah-istilah ini cukup sering di gunakan dalam beberapa percakapan. Ada baiknya penggunaan istilah kedokteran sedikit di kurangi agar para pembaca tidak terlalu bingung ketika membacanya.

Dari sudut kelebihannya buku ini menjelaskan mengenai apa itu kanker serviks, apa saja gejalanya, lalu apa saja resiko yang akan terjadi, bagaimana penangannya. Ini sudah cukup bermanfaat bagi pembaca yang belum mengetahui mengenai kanker serviks. Apalagi diangkat menjadi sebuah novel yang minat pembacanya sebagian besar para remaja usia sekolah maupun kuliah.



     Demikianlah resensi mengenai buku ini, semoga bermanfaat bagi kawan sekalian yang bingung ingin membeli buku apa, semua tergantung selera masing-masing pembaca disini saya hanya ingin membantu sedikit menggambarkan isi cerita dan manfaat dari buku ini.





                                                                KARTIKA SHANIA NINGRUM

      
15 Februari 2016 0 komentar

PENGGUNAAN HANDPHONE YANG KURANG BAIK. By : Arum Sauca

PENGGUNAAN HANDPHONE YANG KURANG BAIK

    Handphone atau HP merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telfon konvensional saluran tetap, namun yang membedakannya adalah handphone dapat dibawa kemana-mana dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telfon menggunakan kabel. Di kalangan masyarakat handphone sudah menjadi hal yang sangat digandrungi. Dengan berbagai fitur canggih yang terdapat pada handphone membuat berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa tidak mampu menolak kemunculan perangkat telekomunikasi elektronik yang satu ini. Tidak jarang kecanggihan yang ditawarkanpun semakin meningkat dari setiap jenisnya.

    Tanpa disadari handphone yang kini menjadi barang yang bersifat wajib bagi masyarakat khususnya remaja mampu memberikan dampak baik ataupun buruk bagi setiap penggunanya. Handphone memudahkan kita mengakses setiap jejaring sosial atau internet yang tidak harus dengan susah payah diakses. Namum, dengan begitu membuat anak-anak dan remaja meninggalkan kebiasaan yang baik seperti membaca buku. Karena mereka merasa melalui handphone bisa membantu mempercepat menemukan hal-hal yang sulit dan tidak perlu susah payah untuk membaca lagi. Handphone mampu menghilangkan komunikasi yang baik anatar individu satu dengan yang lainnya. Ketika handphone telah berhasil mengubah kebiasaan dan bajkan kebudayaan, maka tidak heran apabila pada akhirnya kita akan sangat bergantung pada telekomunikasi elektronik yang satu ini.
    
    Seharusnya kita mampu menanggapi perkembangan teknologi komunikasi dengan bijak, bagaimana kita memilih dan menggunakan suatu teknologi, dalam setiap perkembangan pastilah memiliki dampak baik dan buruk yang berpengaruh bagi penggunanya. Gunakan teknologi yang kita kuasai untuk bersosialisasi dengan baik, jangan sampai kehadiran teknologi informasi mengurangi intensitas tatap muka yang terjadi dalam organiasi atau pun sosial masyarakat.

- Arum Sauca, Sub Essai Apresiasi Sastra 
0 komentar

Mengenal Sejarah Budaya Banten Lama melalui Literasi Wisata

Kali ini giliran Divisi Wisata Literasi menunjukan maungnya kepada Divisi-Divisi lain. Yap, Divisi Wisata Literasi atau biasa kita sebut WisLit pada Rabu (10/2) mengajak para anggota JaWaRa untuk belajar dan lebih kengetahui mengenai Sejarah Banten. Menurut kami Sejarah Banten adalah hal yang paling penting dan mendasar untuk kita khususnya para remaja tahu dan mengenalnya, betul kan?


Selamat datang di Keraton Kaibon.
Paparazi jawara siap menyimak penjelasan guide Keraton Kaibon.
Para Jawara memasuki gerbang keraton kaibon.


Para JaWaRa fisip unsera memperhatikan dengan serius penjelasan dari guide. Mereka berusaha memperhatikan penjelasan lisan menjadi tulisan sejarah kaibon.

Dua Pilar Gerbang Keraton Kaibon.
Disini kami dapat mengetahui dari mulai Sejarah Kerajaan Banten, Masa kepemerintahan zaman dulu di Banten, Silsilah keluarga Kerajaan Banten, Peninggalan benda-benda Kerajaan Banten, dsb.
Berikut ini kita akan menunjukan beberapa foto kegiatan yang kami lakukan di Banten Lama, dari mulai Museum Banten Lama, Keraton Kaibon, Vihara Avaloki, dan Keraton Surosowan.





Posisi Sofa berdiri merupakan mimbar tempat imam Masjid Keraton Kaibon.











Guide Keraton Kaibon Menjelaskan Sejarah Bangunan Masjid Kaibon yang tinggal reruntuhan. Lantai ubin yang ditunjukan masih merupakan bangunan asli masa kerajaan.
Coretan di gapura menandakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap artefak sejarah.

 Wisata Mengenai Sejarah di Banten ini merupakan wisata perdana yang dilakukan oleh para anggota JaWaRa dan ini benar-benar bisa menambah pengetahuan, pengalaman, dan kebersamaan kepada kami semua khususnya. Tunggu kami di wisata-wisata selanjutnya yaa. Salam Literasi!!^^

Dokumentasi dari para anggota JaWaRa lainnya :












0 komentar

Khianati aku. By : Fauzul Afa

KHIANATI AKU
Karya : Fauzul Afa

Hati ini terluka, hati ini terluka cinta
Hati ini tak dapat membendung kepedihan lagi
Kau lambungkan semua harapan yang ada
Kau hancurkan semua yang tersisa
            Kini hati ini menangis, menangis mengenang pahit
            Tak ada lagi rasa dan tanpa perasaan
            Kini hati ini terjatuh, terjatuh kedalam pilu
            Titik kesedihanpun tumbuh dalam hatiku

Air mata ini tenggelam kedalam hati yang berdarah
Berdarah dalam luka dan duka yang kau berikan
Rasa ini menghancurkan harapanku
Tak ada sisa dari rasa bahagia, yang ada hanya kepedihan

            Hati ini gugur..
            Gugur bagaikan daun yang tak berguna
            Kau tak mau peduli, tidak sama sekali
            Separah itukah aku?

Kau tinggalkan aku sendiri
Membiarkanku terlupakan dalam kebahagiaan
Seperti debu yg terhempas oleh desiran angin
Tak tentu arah dan akan terjatuh juga ketanah

            Biarkan saksi melihatku menderita
            Biarkan saksi merasakan kesakitanku ini
            Terdiam, terjatuh, dan  tak berdaya
            Saksilah yang tau bahwa hatiku ini sedang pilu, hanya saksi

Wahai engkau yang disana..
Semoga engkau bahagia dengan nya
Semoga engkau gembira dengan nya
Sementara, biarkan aku merana dalam kesedihan

- Sub Puisi Apresiasi sastra jaWaRa.
0 komentar

RESENSI FILM SOE HOK GIE. DIVISI APRESIASI SASTRA.

PERJUANGAN MAHASISWA PADA JAMAN SOEKARNO DALAM FILM SOE HOK GIE 

Identitas Film
Sutradara         : Riri Riza
Produser          : Mira Lesmana
Penulis            : Riri Riza
Pemeran          : – Nicholas Saputra  – Wulan Guritno    – Indra Birowo
  – Lukman Sardi       – Sita Nursanti       – Thomas Nawilis
  – Jonathan Mulia     – Christian Audy   – Donny Alamsyah
  – Robby Tumewu    – Tutie Kirana       – Gino Korompis
  – Surya Saputra       – Happy Salma
Distributor      : Sinemart Pictures
Durasi             : 147 menit
Jenis Film        : Biografi

Film Biografi ini berlatar di Kota Jakarta dengan pemeran utama Soe Hok Gie yang diperankan oleh Nicholas saputra. Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa dengan kehidupan yang sederhana. Sejak remaja, Gie sudah gemar membaca buku-buku sastra. Saat SD dan SMP Gie sekolah di Kanisius, lalu setelah lulus ia kuliah di Universitas Indonesia. Masa remaja Gie dijalani di bawah pemerintahan Soekarno yang ditandai adanya konflik antara militer dan PKI. Gie sangat membenci Soekarno karena pemerintahan Soekarno yang diktator dan membuat rakyat Indonesia menderita terutama rakyat miskin yang haknya terinjak-injak. Gie tahu bahwa di pemerintahan Soekarno ini ada ketidakadilan dan juga banyak korupsi yang dilkukan oleh para pejabat di pemerinahan ini. Oleh sebab itu, Gie dan teman – temnnya berusaha untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno. Salah satu cara yang dilkukan adalah, Gie sering menyampaikan kritikan-kritikannya lewat media massa dan ia bersama teman-temannya juga melakukan demo. Namun Gie kecewa terhadap teman-temannya karena begitu mereka lulus mereka telah melupakan visi dan misi mereka untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno
Gie pernah menyukai seorang perempuan bernama Ira yang kuliah di Universitas yang sama dengannya. Gie juga mempunyai teman kecil yang bernama Tan, namun mereka sempat terpisahkan dan bertemu kembali saat Gie sudah kuliah. Namun pada saat itu Tan telah terlibat dalam PKI yang pada saat pemerintahan Soekarno PKI harus dihancurkan. Gie mendesak Tan untuk bersembunyi namun Tan tidak mau melakukannya. Gie dan teman-teman lainnya sering meluangkan waktu bersama untuk mendaki gunung dan menikmati pemandangan alam disana. Gie meninggal di Gunung Semeru karena menghisap abu asap disana, namun saat Gie meninggalpun Gie tidak berhasil membuat pemerintahan Soekarno tergulingkan.
Di film ini menggambarkan bahwa mahasiswa-mahasiswa di UI termasuk Gie yang sangat menjungjung tinggi HAM di masa Orde Lama yang dipimpin oleh Soekarno dan mereka berjuang untuk mendapatkan kembali hak itu untuk rakyat Indonesia. Di film ini terlihat jelas pemerintahan Soekarno yang berhasil menutupi kesalahan-kesalahan mereka yang telah dilakukan kepada rakyatnya sehingg membuat rakyat menjadi menderita. Politik pada masa Orde Lama juga digambarkan dalam film ini dimana Soekarno ingin memberantas PKI dengan cara membunuh orang-orang yang tergabung dalam PKI termasuk teman kecil Soe Hok Gie yang terbunuh karena merupakan bagian dalam PKI. Kondisi sosial pada masa ini tentu saja kacau karena para demonstran yang melakukan demo untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka dan bisa mendaptkan hidup yang lebih baik. Budaya yang ada di masa orde lama yaitu budaya Tionghoa diperbolehkan pada zaman itu, pada masa orde lama ini tidak membedakan etnis dan agama, semua dianggap sama rata.
Dalam film ini terdapat banyak sekali adegan adegan yang membuat penonton tegang, sedih ataaupun merasakan perjuangan mahasiswa pada saat itu, film ini terlihat sekali digarap dengan serius, terlihat dengan masukna penonton kedalam suasana pada saat itu, film ini sangat direkomendasikan untuk semua mahasiswa terutama mahasiswa yang memperjuangkan literasi seperti komunitas JaWaRa.

- APRESIASI SASTRA. 2016
14 Februari 2016 0 komentar

Resensi Film GIE, Oleh Divisi Kajian Film

GIE : Catatan Kritis Mahasiswa
Divisi Kajian Film
Judul Film     : GIE
Sutradara     : Riri riza
Produser       : Mira lesmana
Durasi            : 141 Menit
Jenis Film      : Biografi, Drama
Tahun Terbit: 2005
            GIE, Seorang pemuda Indonesia keturunan Cina, lahir pada 17  Desember 1942  ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik. Sejak masih di bangku sekolah, Gie dikenal sebagai siswa yang kritis, seakan kata-kata dia selalu benar dan orang lain harus setuju akan kata-katanya, bahkan Gie sampai berdebat dengan gurunya. Tapi, dibalik sifatnya yang kritis itu dia juga hobi menonton film, mendaki gunung, membaca dan menulis, dalam setiap tulisan nya Gie berani mengkritisi pemerintah sehingga tulisannya sering dimuat di berbagai surat kabar.
Keberanian Gie dalam mengkritisi pemerintahan Soekarno makin menjadi setelah dia menjadi mahasiswa fakultas sastra di Universitas Indoensia. Di sana pikirannya semakin terasah dan di sana pulalah Gie menemukan sahabat-sahabat yang memiliki minat yang sama sepertinya, gunung dan film. Pada saat itu di UI, bermunculan organisasi-organisasi yang terbentuk karena kepentingan agama dan golongan, seperti PMKRI dan HMI. Gie yang seorang katholik, diajak bergabung ke PMKRI oleh temannya, Jaka. Namun, gie menolak. Dia merasa bahwa politik yang membawa kepentingan agama dan golongan bukanlah jalan untuk membawa perubahan hidup bangsa Indonesia.
Pada bulan Januari 1966 saat itu soekarno mengadakan politik kenaikan harga yang sasarannya jelas yaitu untuk membuat masyarakat panic dan tidak berpikir tentang penumpasan PKI akan tetapi berpikir tentang perutnya. Seluruh  organisasi yang ada di UI bersatu membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) untuk membubarkan PKI dengan cara berdemo di depan menteri yang pada saat itu banyak melakukan korupsi dimana-mana. Mahasiswa UI saat itu bersatu, mereka berusaha meminta hak-hak rakyat dengan cara berdemo secara besara-besaran. Mahasiswa ini mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang dikenal sebai tritura. Tuntutan mahasiswa ini hingga Februari 1966 belum terpenuhi, bahkaan Presiden sendiri menegaskan bahwa tidak akan membubarkan PKI. Barulah pada 11 Maret 1966 Soekarno menyerahakan mandatnya kepada panglima angkatan darat Soeharto. Saat itulah sesungguhnya militer yang sebelumnya bersitegang dengan PKI mendapat kekuasaan. Para anggota PKI pun diburu, ditangkap, disiksa dan dibantai termasuk sahabat Han, sahabat Gie karena di duga dia masih mengikuti ajaran komunis yang menyebabkan dirinya di bunuh mati oleh militer Indonesia.
Setelah dia lulus dari perguruan tinggi, ia bekerja sebagai seorang jurnalis, ia sering mengeluarkan pendapat lewat media massa. Sampai pada suatu hari semua teman-teman yang dulu bersama dengan dia memperjuangkan pendapatnya, kini meninggalkan dia. Gie merasa kesepian dan tertekan atas sikap teman-temannya, akhirnya menuju ke puncak Gunung Semeru. Namun ternyata hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya. Gie meninggal pada bulan Desember tahun 1969 di Gunung Semeru dipangkuan sahabatnya, Herman Lambang.
            Film yang di bintangi oleh Nicholas Saputra ini diangkat dari sebuah catatan Soe Hok Gie, seorang pemuda dari etnis tionghoa yang senang menuliskan keresahan keresahannya dalam sebuah buku catatan selama kurang lebih 13 tahun. Film ini berlatarkan pada masa Orde lama di rumah Gie, Istana Presiden, Jalan Raya, Stasiun Kereta Api, puncak gunung dan Kampus UI (Universitas Indonesia) sebagai pusat kegiatan para Mahasiswa dalam menuntut ilmu. Dan di kampus pun banyak kegiatan yang terjadi dari mulai demo sampai muncul dan memuncaknya konflik. Alur yang digambarkan di film ini adalah maju mundur, terlihat ketika dikisahkan catatan perjalanan hidup Gie dari mulai duduk di bangku sekolah hingga tamat dari perguruan tinggi dan teringat kembali pada masa remaja dan suasana di kampus nya.
            Tokoh Gie yang di perankan Nicholas Saputa ini lebih menonjolkan karakternya yang kritis dan penuh dengan pendirian. Sedangkan pemikiran yang ada pada Ira, Herman dan teman-teman Gie yang lainnya pun sejalan dengan pemikiran nya. Ada kedua sahabat Soek yang berbeda jalan pemikirannya, yaitu Hans dan Jaka. Harapan yang jaka pegang bagus sekali tetapi kurang tepat, karena apa yang di harapkan Jaka tidak sejalan dengan tindakan yang dia tempuh. Begitu pula dengan Hans, Ia ingin sekali mendapatkan perubahan pada dirinya dengan mengikuti organisasi PKI tetapi dia malah menderita yang akhirnya meregang nyawa.

Film ini mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang berani mengmukakan pendapatnya dan dapat mengubah mainset para mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang kritis dan nyata dalam tindakannya. Dan film ini juga sangat bagus untuk orang-orang yang tertarik dengan ilmu politik. Walaupun ketika pertama kali menonton film ini jalan ceritanya sedikit sulit untuk di pahami, tetapi jika kita menonton ulang barulah kita paham jalan ceritanya. Selain itu, audio dalam film ini kurang seimbang ketika monolog Gie kurang jelas terdengar karena latar belakang musiknya yang terlalu keras. Dan juga sebaiknya tidak menyisipkan adegan yang tidak pantas untuk di muat dalam film yang bertemakan tentang perjuangan mahasiswa ini. 
12 Februari 2016 0 komentar

Mengenal dan Mengetahui Lebih Jauh Mengenai Sejarah Banten.

10 Februari 2016 0 komentar
4 Februari 2016 0 komentar

Publikasi Media Cetak


PUBLIKASI MEDIA CETAK
DIVISI KAJIAN FILM KOMUNITAS JaWaRa


Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Kami segenap pengurus JaWaRa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut bekerja keras sehingga terlaksana nya acara perdana Komunitas JaWaRa ini. 

Kami juga mengucapkan terimaksih kepada Radar Banten selaku Media Cetak yang turut meliput acara perdana kami ini, semoga dengan di dukungnya komunitas kami oleh pihak media cetak maupun media online dapat menjadikan kami lebih termotivasi untuk terus berkontribusi
baik dalam dunia kampus maupun masyarakat umum.
Salam Literasi! 
3 Februari 2016 0 komentar

Berita Tentang Bedah Film GIE


Acara perdana komunitas jawara



Dalam rangka perdana, komunitas JaWaRa mengadakan bedah film “Gie”, sekaligus meresmikan komunitas JaWaRa sebagai Lembaga Semi Otonom (LSO) oleh dekan FISIP, Bapak Dr. H. Abdul Malik, M. Si., yang diselenggarakan di auditorium gedung A lantai 6 UNSERA pada tanggal 1 Februari 2016. Dengan mengusung tema “Menelusuri jejak literasi melalui gerakan mahasiswa pra reformasi” bertujuan untuk meningkatkan kebudayaan literasi dilingkungan kampus terutama di UNSERA. Acara ini dihadiri oleh dekan, dosen, Presma, BEM FT, express radar banten, ... sastra serta ormawa-ormawa.

Bapak Fikri sebagai penanggung jawab komunitas JaWaRa sangat mendukung sekali diadakannya komunitas ini karena menurutnya mahasiswa harus menjadi seorang yang berani, befikir dan bertindak untuk lebih mengeksplor apa yang ada pada setiap ide-ide mahasiswa. Karena setiap dosen yang ada di UNSERA tidak hanya mengajar tapi mendidik para mahasiswa. 

Dari hasil menonton film ini setiap divisi diberi tugas untuk membuat resensi film “Gie” dan setiap perwakilan divisi memberikan tanggapan dari film tersebut.

0 komentar

Galeri Kegiatan Perdana dan Peresmian Komunitas

Galeri Foto Kegiatan Bedah Film GIE

Suasa Saat Selesai Acara Pembedahan Film GIE




Diskusi Sebelum Acara Dimulai


Rehat Sejenak Sebelum Acara Dimulai

 
Pengecekan Sound Sebelum Acara Dimulai


 Persiapan MC Film GIE






Persiapan Pembacaan Al-Qur'an


Persiapan Sambutan Ketua Pelaksana 

Persiapan Layar Untuk Pemutaran Film

Persiapan Sambutan Ketua Umum Komunitas JaWaRa


Persiapan MC Informal

            
Persiapan Pembacaan Puisi



Persesiapan Penyambutan Oleh Pembina



Persiapan Pembacaan Do'a


Persiapan Pemasangan Spanduk


Pengecekan Infokus


 Pembina Komunitas JaWaRa




Panitia Konsumsi


Bagian Penerimaan Tamu Undangan





Pengisian Buku Tamu Undangan



Jajaran Tertinggi Serta Pembina Komunitas JaWaRa

Pembacaan MC Formal Saat Acara


Pembacaan Do'a Saat Acara


Laporan Ketua Pelaksana


Laporan Ketua Komunitas JaWaRa

Pembacaan Puisi Saat Oleh Anggota JaWaRa


Sambutan Pembina Komunitas JaWaRa

Sambutan Dekan FISIP



Suasana Saat Acara Berlangsung

Suasana Saat Pemutaran Film


Pembuatan Resensi Film GIE


Jajaran Terpenting Dalam Komunitas JaWaRa : Ibu Lela (Pembina), Arlin (Sekertaris), Sofa (Ketua Umum, Fitri (Bendahara), Ibu Nita (Pembina)

 
;