14 Februari 2016

Resensi Film GIE, Oleh Divisi Kajian Film

GIE : Catatan Kritis Mahasiswa
Divisi Kajian Film
Judul Film     : GIE
Sutradara     : Riri riza
Produser       : Mira lesmana
Durasi            : 141 Menit
Jenis Film      : Biografi, Drama
Tahun Terbit: 2005
            GIE, Seorang pemuda Indonesia keturunan Cina, lahir pada 17  Desember 1942  ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik. Sejak masih di bangku sekolah, Gie dikenal sebagai siswa yang kritis, seakan kata-kata dia selalu benar dan orang lain harus setuju akan kata-katanya, bahkan Gie sampai berdebat dengan gurunya. Tapi, dibalik sifatnya yang kritis itu dia juga hobi menonton film, mendaki gunung, membaca dan menulis, dalam setiap tulisan nya Gie berani mengkritisi pemerintah sehingga tulisannya sering dimuat di berbagai surat kabar.
Keberanian Gie dalam mengkritisi pemerintahan Soekarno makin menjadi setelah dia menjadi mahasiswa fakultas sastra di Universitas Indoensia. Di sana pikirannya semakin terasah dan di sana pulalah Gie menemukan sahabat-sahabat yang memiliki minat yang sama sepertinya, gunung dan film. Pada saat itu di UI, bermunculan organisasi-organisasi yang terbentuk karena kepentingan agama dan golongan, seperti PMKRI dan HMI. Gie yang seorang katholik, diajak bergabung ke PMKRI oleh temannya, Jaka. Namun, gie menolak. Dia merasa bahwa politik yang membawa kepentingan agama dan golongan bukanlah jalan untuk membawa perubahan hidup bangsa Indonesia.
Pada bulan Januari 1966 saat itu soekarno mengadakan politik kenaikan harga yang sasarannya jelas yaitu untuk membuat masyarakat panic dan tidak berpikir tentang penumpasan PKI akan tetapi berpikir tentang perutnya. Seluruh  organisasi yang ada di UI bersatu membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) untuk membubarkan PKI dengan cara berdemo di depan menteri yang pada saat itu banyak melakukan korupsi dimana-mana. Mahasiswa UI saat itu bersatu, mereka berusaha meminta hak-hak rakyat dengan cara berdemo secara besara-besaran. Mahasiswa ini mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang dikenal sebai tritura. Tuntutan mahasiswa ini hingga Februari 1966 belum terpenuhi, bahkaan Presiden sendiri menegaskan bahwa tidak akan membubarkan PKI. Barulah pada 11 Maret 1966 Soekarno menyerahakan mandatnya kepada panglima angkatan darat Soeharto. Saat itulah sesungguhnya militer yang sebelumnya bersitegang dengan PKI mendapat kekuasaan. Para anggota PKI pun diburu, ditangkap, disiksa dan dibantai termasuk sahabat Han, sahabat Gie karena di duga dia masih mengikuti ajaran komunis yang menyebabkan dirinya di bunuh mati oleh militer Indonesia.
Setelah dia lulus dari perguruan tinggi, ia bekerja sebagai seorang jurnalis, ia sering mengeluarkan pendapat lewat media massa. Sampai pada suatu hari semua teman-teman yang dulu bersama dengan dia memperjuangkan pendapatnya, kini meninggalkan dia. Gie merasa kesepian dan tertekan atas sikap teman-temannya, akhirnya menuju ke puncak Gunung Semeru. Namun ternyata hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya. Gie meninggal pada bulan Desember tahun 1969 di Gunung Semeru dipangkuan sahabatnya, Herman Lambang.
            Film yang di bintangi oleh Nicholas Saputra ini diangkat dari sebuah catatan Soe Hok Gie, seorang pemuda dari etnis tionghoa yang senang menuliskan keresahan keresahannya dalam sebuah buku catatan selama kurang lebih 13 tahun. Film ini berlatarkan pada masa Orde lama di rumah Gie, Istana Presiden, Jalan Raya, Stasiun Kereta Api, puncak gunung dan Kampus UI (Universitas Indonesia) sebagai pusat kegiatan para Mahasiswa dalam menuntut ilmu. Dan di kampus pun banyak kegiatan yang terjadi dari mulai demo sampai muncul dan memuncaknya konflik. Alur yang digambarkan di film ini adalah maju mundur, terlihat ketika dikisahkan catatan perjalanan hidup Gie dari mulai duduk di bangku sekolah hingga tamat dari perguruan tinggi dan teringat kembali pada masa remaja dan suasana di kampus nya.
            Tokoh Gie yang di perankan Nicholas Saputa ini lebih menonjolkan karakternya yang kritis dan penuh dengan pendirian. Sedangkan pemikiran yang ada pada Ira, Herman dan teman-teman Gie yang lainnya pun sejalan dengan pemikiran nya. Ada kedua sahabat Soek yang berbeda jalan pemikirannya, yaitu Hans dan Jaka. Harapan yang jaka pegang bagus sekali tetapi kurang tepat, karena apa yang di harapkan Jaka tidak sejalan dengan tindakan yang dia tempuh. Begitu pula dengan Hans, Ia ingin sekali mendapatkan perubahan pada dirinya dengan mengikuti organisasi PKI tetapi dia malah menderita yang akhirnya meregang nyawa.

Film ini mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang berani mengmukakan pendapatnya dan dapat mengubah mainset para mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang kritis dan nyata dalam tindakannya. Dan film ini juga sangat bagus untuk orang-orang yang tertarik dengan ilmu politik. Walaupun ketika pertama kali menonton film ini jalan ceritanya sedikit sulit untuk di pahami, tetapi jika kita menonton ulang barulah kita paham jalan ceritanya. Selain itu, audio dalam film ini kurang seimbang ketika monolog Gie kurang jelas terdengar karena latar belakang musiknya yang terlalu keras. Dan juga sebaiknya tidak menyisipkan adegan yang tidak pantas untuk di muat dalam film yang bertemakan tentang perjuangan mahasiswa ini. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;