22 Februari 2017

CERPEN: "High General Belias Gyellin"

High General Belias Gyellin
(Oleh: Fauzul Afa)

Aku tidak pernah mengerti apa yang mereka sebut, aku hanya berjalan dan terus berjalan sampai pada titik dimana waktulah yang akan menghentikanku. Namaku adalah Belias Gyellin dan aku mempunyai kisah hidup yang tidak akan pernah kalian inginkan.

Kita semua hidup dan kita semua mati. Jika dirimu adalah kesatria, kau akan membuat pilihan sebelum kau bertarung. Mereka memanggilku Dragonbane, bukan karena aku mempunyai kekuatan seperti Naga, melainkan karena pedangku yang meminum darah dari musuh-musuh yang tidak terkalahkan.

Namaku adalah Belias Gyellin The Dragonbane, dan ini adalah ceritaku. sebelum aku menjadi kesatria, sebelum aku menjadi komandan perang, sebelum aku menjadi jendral tertinggi. Aku terlahir diluar tembok besar Kerajaan Xelduin, hidup dengan peraturan yang diciptakan oleh Naga dan Dewa, dimana kau akan melihat kematianmu sendiri apabila kau bukanlah orang yang kuat. Aku belajar bertarung menggunakan pedang dan perisai tanpa mengenal kata ampun, itu semua bermula karena naluri untuk bertahan hidup. Aku berbeda, mungkin dengan cara yang tidak baik maupun baik, selama aku masih mencari “Siapa diriku?” aku tidak akan mengenal kata ampun.

Tidak ada keberanian tanpa rasa takut, tidak ada hidup tanpa kematian, tidak ada legenda tanpa kesatria. Aku sudah banyak melihat kematian, terlalu banyak sehingga kau hanya bisa memikirkan betapa menyesalnya kau hidup didunia ini. Saat kau melihat kebelakang kau hanya akan menemukan sisi gelapmu. Aku pernah melihat seorang pemuda yang bersemangat ingin menjadi kesatria, aku bertanya pada pemuda itu “Apa kau tidak takut untuk mati?” pemuda itu menjawab “Tidak sama sekali!” setelah kami berperang melawan Naga, aku melihat perut pemuda itu tertusuk sebuah pedang dan isi perut nyapun berhamburan. Yah, pemuda itu menghadapi kematian nya. Kami berbeda, kami mati dengan penuh kebanggaan, kami terlahir sebagai kesatria, yang artinya, kami terlahir untuk kematian.

Apa yang takdir berikan padaku bukanlah suatu kebruntungan, aku hanya berdiri diatas tengkorak para musuhku, siapapun yang berani menentangku, maka aku siap menghunuskan pedangku sebelum ia berlutut meminta ampun. Jika kau bertanya “Adakah sedikit rasa belas kasih pada dirimu?” maka aku akan menjawab “Ada” namun itu tidak akan berguna jika kau terancam, aku hidup didunia yang penuh dengan kekejaman Naga dan para Dewa, aku banyak melihat keputusasaan, ketidakadilan dan kematian dari orang-orang yang hanya menginginkan kehidupan. Itu semua cukup untuk menghilangkan rasa belas kasih, kau akan membenci para Dewa dan Naga serta para manusia yang mengikuti mereka. Rasa bencimu akan menjadi kekuatan apabila kau sanggup menggunakan kekuatan itu, sampai titik dimana kau mengingiinkan peperangan melawan mereka.

Apa arti dari sebuah peperangan? Sampai saat ini, aku pun masih belum mengerti. Saat kau berdiri di garis depan, yang kau lihat hanyalah kematian dan keputusasaan. Tetapi, jika kau memenangkannya, maka kau akan mendengar sorak-sorai orang-orang yang menyebut namamu di kota, kau akan menjadi pahlawan mereka. Saat namaku diteriakan di seluruh penjuru kota, yang aku rasakan hanyalah kesombongan, semakin aku mendengarnya maka semakin aku haus akan kekuatan. Disaat itu, aku hanya ada untuk perang. Itulah yang membuat aku tenggelam kedasar kegelapan, saat kau masuk kedalamnya, kau tidak akan melihat keramaian, yang kau lihat hanyalah kesepian, gelap, tanpa cahaya sedikitpun.


Aku masih mengingat hari itu, hari dimana aku melawan Hydra, Naga yang ditakuti oleh banyak kesatria, Naga dengan kekuatan membinasakan, Naga dengan kepala sembilan. Saat aku bertatap muka dengan Hydra, aku siap menerima kematianku. Aku benturkan pedangku ke perisai dengan berteriak “Aku sang Dragonbane, Lawan aku makhluk terkutuk!” Aku mulai berlari kearahnya, Hydra menyemburkan nafas apinya ke arahku namun dengan perisai Aegis yang setia padaku, aku sanggup menerobos semburan api itu tanpa rasa gentar. Aku melompat dan mulai kuhunuskan pedangku kearah kepala Hydra, namun ia sanggup menghindari nya dan menyerangku dengan cakar nya yang dilumuri magma, sehingga aku terpental dan punggungku menghantam karang dengan keras. Aku bangkit, dan aku mulai merapalkan mantra sihirku yang kuat “Sonidos” es pun muncul dengan sangat besar seperti paku-paku yang sengaja di tancapkan ke bumi. Namun lagi-lagi Hydra sanggup menahan sihirku, ia menyeburkan nafas api nya kearah sihir es ku dan melelehkannya. Hydra terbang menyerangku, serangannya mampu aku hindari. Karena aku melompat ke arah belakangnya, namun tidak disangka, ekornya menghibas kearahku dan menghancurkan jirahku. Aku terpental sangat jauh dari Hydra dan terbaring tak berdaya, aku tidak bisa menggerakan seluruh badanku dan mulai kehabisan banyak darah. Pandanganku perlahan mulai memudar “Haha sepertinya aku akan mati disini makhluk terkutuk” aku siap dengan kematianku. mataku mengarahkanku ke langit, aku tidak pernah melihat langit sangat indah sebelumnya. Suara kaki Hydra mulai terdengar melangkah ke arahku “Kau hanyalah manusia lemah” ucapnya dengan memandangku sangat hina. 




~Komunitas JaWaRa~

0 komentar:

Posting Komentar

 
;