KOMUNITAS
JAWARA KE KAPAL BOSOK
SERANG – Komunitas Jawara Universitas Serang Raya melakukan kunjungan wisata religi ke Kapal Bosok, yang merupakan sebuah mushola berbentuk kapal yang berada di Jl. Ki Angga Derpa Kp.Derangong RT.003 RW.001 Kec.Curug, Minggu (30/4). Di depan mushola terdapat dua patung macan. Mushola ini memiliki 4 lantai, semakin ke atas, ruangan semakin kecil, seperti kapal. Di lantai bawah adalah mushola dan di atas merupakan majelis ta’lim untuk pengajian. Biasanya pengajian rutin dilakukan pada malam jum’at, bahkan pengajiannya biasanya dari malam hingga shubuh. Informasi yang beredar di masyarakat tersebut bahwa sejarah Kapal Bosok ini peninggalan dari Syekh Abdullah Ki Angga Derpa, yaitu keturunan yang ke-13 sekaligus “jupel” (juru pelihara) juga.
Jadi, awalnya kapal bosok ini kepemilikan
Belanda yang mengincar/memperebutkan sejenis pusaka Banten, salah satunya
golok. Sebelumnya kapal ini berada di daerah Karangantu, Banten. Dalam usaha
memperebutkan pusaka tersebut Belanda dihalangi oleh Syekh Abdullah Ki Angga
Derpa yang dikenal sebagai orang yang sakti, Ki Angga Derpa tersebut menghalangi/menghadang
pasukan Belanda dengan mencabut pohon beringin, di pohon itu ada dua ekor macan
yang mempunyai satu anak dan anak tersebut masih ganas-ganasnya, Belanda takut dengan dua ekor macan tersebut
namun bangsa Belanda bisa mengalahkan seekor macan tersebut, kemudian Syekh Abdullah Ki Angga Derpa
berhasil ditangkap dan
diikat dengan rantai baja di kapal tersebut. Namun karena mitosnya ki Angga
Derpa tersebut sakti, lalu dengan diikatnya di kapal tersebut, kapal
kepemilikan Belanda itu melesat ke Kampung Derangong ini. Pada
masa itu, mitosnya kampung
Derangong ini masih berbentuk lautan. Sebenarnya dulu kampung Derangong ini adanya di sebuah
kampung yang sekarang namanya ‘Kampung Masigit’ yang terdapat masjid yang
dibuat oleh para wali. Pada saat itu karena saking kuatnya Ki Angga Derpa,
meskipun diikat dengan rantai di kapal tersebut tetapi bisa melesat di Kampung
Derangong. Bahkan melesatnya kapal itu beserta lautnya ke kampung Derangong
ini. Dengan kekuatannya Ki Angga Derpa bisa lepas dari rantai tersebut dan
kapal yang diikatkan bersamanya dikuburkan di dalam tanah.
Kenapa
disebut dengan kapal bosok? karena dulunya ketika zaman pertengahan abad ke-16,
dengan diikatkan di sebuah pohon bernama ‘pohon ungu’, kapalnya itu diikat di
pohon tersebut namun dengan benda pusaka yang dimiliki Syekh Abdullah Ki Angga
Derpa, kapalnya dipendam dengan kekuatan tongkatnya hingga kapalnya membusuk di
dalam tanah. Bangunan ini
dibangun kurang lebih 3 tahun dari tahun 2014 tanpa ada bantuan dari pemerintah ataupun
masyarakat. Namun dibangun bersama dengan adanya sumbangan-sumbangan tanpa
diminta, namun ada juga yang memberi, donasi dari mereka yang berziarah
kesini. Bahkan orang yang membangunya pun sukarela tanpa dibayar. Bangunan
kapal bosok ini sudah mendapatkan SK dan dicatatkan dalam cagar budaya Provinsi
Banten sejak bulan April, 2017. Tak jauh dari kapal bosok, terdapat sebuah menara
dengan lambang garuda di puncaknya, garuda tersebut mengarah ke kiblat. Disini
pun ada makam Ki Angga Derpa yang ditutupi oleh bendera merah putih diluarnya.
Dilihat dari buku tamu sejak bulan Februari 2017, setiap bulannya peziarah yang
datang mencapai 1000 orang. Dengan adanya bangunan yang disebut religi ini,
masyarakat Kampung Derangong ingin mengenalkan bahwa kampung Derangong juga punya
sejarah. Tempat penziarahan ini biasanya selalu dipenuhi penziarah setiap malam
selasa.
~Komunitas Jawara~
~Komunitas Jawara~