4 Juli 2017 0 komentar

"KUNJUNGAN KE KAPAL BOSOK"

KOMUNITAS JAWARA KE KAPAL BOSOK



            
SERANG – Komunitas Jawara Universitas Serang Raya melakukan kunjungan wisata religi ke Kapal Bosok, yang merupakan sebuah mushola berbentuk kapal yang berada di Jl. Ki Angga Derpa Kp.Derangong RT.003 RW.001 Kec.Curug, Minggu (30/4). Di depan mushola terdapat dua patung macan. Mushola ini memiliki 4 lantai, semakin ke atas, ruangan  semakin kecil, seperti kapal. Di lantai bawah adalah mushola dan di atas merupakan majelis ta’lim untuk pengajian. Biasanya pengajian rutin dilakukan pada malam jum’at, bahkan pengajiannya biasanya dari malam hingga shubuh.  Informasi yang beredar di masyarakat tersebut bahwa sejarah Kapal Bosok ini peninggalan dari Syekh Abdullah Ki Angga Derpa, yaitu keturunan yang ke-13 sekaligus “jupel” (juru pelihara) juga.
Jadi, awalnya kapal bosok ini kepemilikan Belanda yang mengincar/memperebutkan sejenis pusaka Banten, salah satunya golok. Sebelumnya kapal ini berada di daerah Karangantu, Banten. Dalam usaha memperebutkan pusaka tersebut Belanda dihalangi oleh Syekh Abdullah Ki Angga Derpa yang dikenal sebagai orang yang sakti, Ki Angga Derpa tersebut menghalangi/menghadang pasukan Belanda dengan mencabut pohon beringin, di pohon itu ada dua ekor macan yang mempunyai satu anak dan anak tersebut masih ganas-ganasnya, Belanda takut dengan dua ekor macan tersebut namun bangsa Belanda bisa mengalahkan seekor macan tersebut, kemudian Syekh Abdullah Ki Angga Derpa berhasil ditangkap dan diikat dengan rantai baja di kapal tersebut. Namun karena mitosnya ki Angga Derpa tersebut sakti, lalu dengan diikatnya di kapal tersebut, kapal kepemilikan Belanda itu melesat ke Kampung Derangong ini. Pada masa itu, mitosnya kampung Derangong ini masih berbentuk lautan. Sebenarnya dulu kampung Derangong ini adanya di sebuah kampung yang sekarang namanya ‘Kampung Masigit’ yang terdapat masjid yang dibuat oleh para wali. Pada saat itu karena saking kuatnya Ki Angga Derpa, meskipun diikat dengan rantai di kapal tersebut tetapi bisa melesat di Kampung Derangong. Bahkan melesatnya kapal itu beserta lautnya ke kampung Derangong ini. Dengan kekuatannya Ki Angga Derpa bisa lepas dari rantai tersebut dan kapal yang diikatkan bersamanya dikuburkan di dalam tanah.
Kenapa disebut dengan kapal bosok? karena dulunya ketika zaman pertengahan abad ke-16, dengan diikatkan di sebuah pohon bernama ‘pohon ungu’, kapalnya itu diikat di pohon tersebut namun dengan benda pusaka yang dimiliki Syekh Abdullah Ki Angga Derpa, kapalnya dipendam dengan kekuatan tongkatnya hingga kapalnya membusuk di dalam tanah. Bangunan ini dibangun kurang lebih 3 tahun dari tahun 2014  tanpa ada bantuan dari pemerintah ataupun masyarakat. Namun dibangun bersama dengan adanya sumbangan-sumbangan tanpa diminta, namun ada juga yang memberi, donasi dari mereka yang berziarah kesini. Bahkan orang yang membangunya pun sukarela tanpa dibayar. Bangunan kapal bosok ini sudah mendapatkan SK dan dicatatkan dalam cagar budaya Provinsi Banten sejak bulan April, 2017. Tak jauh dari kapal bosok, terdapat sebuah menara dengan lambang garuda di puncaknya, garuda tersebut mengarah ke kiblat. Disini pun ada makam Ki Angga Derpa yang ditutupi oleh bendera merah putih diluarnya. Dilihat dari buku tamu sejak bulan Februari 2017, setiap bulannya peziarah yang datang mencapai 1000 orang. Dengan adanya bangunan yang disebut religi ini, masyarakat Kampung Derangong ingin mengenalkan bahwa kampung Derangong juga punya sejarah. Tempat penziarahan ini biasanya selalu dipenuhi penziarah setiap malam selasa. 





~Komunitas Jawara~
 
;